BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Alam menggunakan spektrum yang beragam molekul sebagai hormon, dan mengetahui struktur dasar hormon menyampaikan pengetahuan yang cukup tentang reseptor dan mekanisme tindakan.. Selain itu, struktur sederhana sering bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan molekul yang sama - agonis dan antagonis - yang terapi berharga.
eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
1.2 Tujuan
· Mengetahui pengertian eliminasi
· Mengetahui tentang gangguan-gangguan pada eliminasi
· Serta mengetahui hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi
1.3 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan eliminasi?
2. Jelaskan pengertian tentang gangguan eliminasi!
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi!
4. Sebutkan hormone-hormon yang terkait di dalam eliminasi!
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandungan kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung nkemih atau jika ini gagal , setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga di hambat atau di timbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih di persarafi araf saraf sakral (S_2) dan (S_3). Saraf sensori dari kandung kemih di kirim ke medula spinalis (S_2) Sampai (S_2) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat.pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal di bawah kontrol kesadaran akan berperan , apakah mau miksi atau di tahan. Pada saat miksi abdominan berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang di sebut urine residu.
Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu , biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur . Normal miksi sehari 5 kali .
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga di sebut bowel movemen.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke kolon sigmoid dan rektum ,saraf sensoris dalam rektum di rangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk devekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbada. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan yang sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas. Perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.untuk menangani masalah eliminas klien perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
2.2 gangguan eliminasi
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis
· Gangguan eliminasi urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urin.Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan di lakukan katerisasi urine , yaitu tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a. Retensi , yaitu adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Kontinensi urine, yaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen otot sfingter exsterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis , sering terjadi pada anank-anak , umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal enuresis ), dapat terjadi satu kali atau lebihn dalam semalam.
d. Urgency , adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria , adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih .
2.3 gangguan eliminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar. Mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah. Baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.
2.4 reaksi eliminasi
Reaksi eliminasi adalah penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu senyawa.
>> Beberapa reaksi eliminasi:
1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi)
2. Eliminasi air dari alkohol
>> Beberapa reaksi eliminasi:
1.Eliminasi hidrogen dari alkana (dehidrogenasi)
2. Eliminasi air dari alkohol
2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain:
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi feses dan urine. Faktor tersebut antara lain:
a.usia
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia Ian jut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
Usia bukan hanya berpengaruh pada eliminasi feses dan urine saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kontrol eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum mampu untuk mengontrol buang air besar maupun buang air kecil karena sistem neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Manusia usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam eliminasi tersebut. Biasanya terjadi penurunan torus otot, sehingga peristaltik menjadi lambat. Hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam pengontrolan eliminasi feses, sehingga pada manusia usia Ian jut berisiko mengalami konstipasi. Begitu pula pada eliminasi urine, terjadi penurunan kontrol otot sphincter sehingga terjadi inkontinensia.
b.Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses. Makanan yang rendah serat menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi lambat mencapai rektum, sehingga meningkatkan penyerapan air. Hal ini berakibat terjadinya konstipasi. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi.
Di samping itu, pemilihan makanan yang kurang memerhatikan unsur manfaatnya, misalnya jengkol, dapat menghambat proses miksi. Jengkol dapat menghambat miksi karena kandungan pada jengkol, yaitu asam jengkolat, dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan menyumbat saluran kemih sehingga pengeluaran urine menjadi terganggu. Selain itu, urine juga dapat menjadi bau jengkol.
Malnutrisi menjadi dasar terjadinya penurunan tonus otot, sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk mengeluarkan feses maupun urine. Selain itu, yang paling penting akibat malnutrisi terhadap eliminasi fekal dan urine adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang pada organ pencernaan maupun organ perkemihan.
c.Cairan
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Bila intake cairan tidak adekuat atau output cairan yang berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar. Hal tersebut menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit melewati saluran pencernaan. Pada eliminasi urine, kurangnya intake cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi menjadi berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
d.Latihanfisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi. Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis, dan diafragma sangat penting bagi defekasi dan miksi. Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik.
e.Strespsikologis
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
Stres yang berlebihan akan memengaruhi eliminasi fekal dan urine. Ketika seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan, terkadang ia akan mengalami diare ataupun beser. Namun, adapula yang menyebabkan sulit buang air besar.
f.Temperatur
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh. Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh karena meningkatnya aktivitas metabolik. Hal tersebut menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit. Selain itu, demam juga dapat memengaruhi terhadap nafsu makan yaitu terjadi anoreksia, kelemahan otot, dan penurunan intake cairan.
2.6 hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.
2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
ü Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
ü Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
ü Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra.
Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi :
ü Usia
ü Diet
ü Cairan
ü Latihan fisik
ü Stress psikologis
ü Temperature
Hormon-hormon yang terkait dengan eliminasi :
ü Hormone anti diuretic (ADH)
ü Aldosteron
ü Estrogen
ü Progesterone
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang eliminasi serta hormone-hormon yang terkait didalam nya.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin, Drs. H. (2009). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Syaifudin, Drs. H. (1996). Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran.
http://id.wikipedia.org/wiki/anatomy-for-nurse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar