Kamis, 18 Agustus 2011

pengantar farmakologi



 
Text Box: 2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


  1. PENGANTAR FARMAKOLOGI DAN INTERAKSI OBAT
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat di dalam tubuh. Obat adalah setiap substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel.
Penggunaan obat untuk maksud social, keagamaan atau pengobatan agaknya telah ada sejak pra-peradaban. Diduga bahwa nenek moyang kita sudah memanfaatkan tumbuhan dan substansi lain sebagai “obat”, mungkin 50000 tahun lalu. Diantara resep yang terekam, terdapat peninggalan dari orang Samaria. Mereka ini mengembaradi lembah sungai Tigris dan Euphrate 5000 tahun yang lalu. Di antara resep-resep itu yang masih ada, terlihat adanya penggunaan garam sampai akar-akaran, biji-bijian, kulit pohon, dan lain-lain.
Bila dilihat dari sudut manfaat pengobatannya, resep-resep itu tidak ada artinya, atau bahkan tidak masuk akal. Misalnya, ada resep orang Mesir Kuno untuk mengobati kebuataan yang antara lain terdiri atas campuran mata babi, antimony dan madu. Campuran ini harus dituang ke dalam telinga pasien. Orang Mesir yang boatak dinasihati memakai campuran “… lemak singa, lemak kuda nil, lemak buaya, lemak kucing, lemak ular, …. “
 


Memang ada kemungkinan secara farmakologi dapat dibenarkan. Orang me sir Kuno mengobati buata senja dengan memakai “hati sapi, dipanggang dan digerus”. Buata senja memang disebabkan oleh kekurangan vitamin A, dan vitamin A banyak terdapat di dalam hari. Contoh lain, ekstrak akar pohon tertenu, dipakai untuk mengobati cacing gelang, ternyata mengandung zat pembunuh cacing yang kuat.
Banyak obat yang ada sekarang ini sudah ada sejak dahulu. Antibiotika, yang berasal dari sejenis jamur, umumnya dianggap sebagai obat modern. Akan tetapi, orang CIna sudah mengobati bisul dengan ramuan jamur sekitar tahun 2500 Sebelum Masehi. Orang Yunani memakia ekstrak kulit pohon tertentu untuk mengobati pasien yang demam. Ternyata aspirin sangat erat hubungannya dengan ekstrak ini.
Baru pada pertengahan abad ke-19 usaha dibidang obat maju pesat, terutam di Amerika Serikat. Namun, obat-obat yang dipasarkan waktu itu sebagian besar tidak bermanfaat, meskipun tidak berbahaya.
Perlu diingat bahwa tujuan pemberian obat adalah untuk membantu proses penyembuhan alami tubuh. Obat yang kini beredar berasal dari berbagai sumber, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, bakteri dan substansi sintesis. Kebanyakan obat modern adalah sintesis, artinya dirakit di laboratorium. Sebagian besar obat modern sekarang ini ditemukan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini.
Sebelum sebuah obat dapat dipasarkan, obat itu harus lulus uji coba dulu, mula-mula uji laboratorium pada hewan, kemudian uji coba klinins (pada sukarelawan).

Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Peran dokter
Dokter bertanggung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perwat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Peran apoteker
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptic, dan lain-lain.
Peran penting lainnya ialah sebagai narasumber informasi oabat. Apotoker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasihat kepada staf keperawatan dan prfesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya (bila diminta).
Peran perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal ini harus menjadi bagian integral dari rencana keperawat. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respons pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus diperhatikan. Factor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin membuat pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Harus diperhatikan, prinsip lima benar
1        Pasien yang benar
2        Obat yang benar
3        Dosis yang benar
4        Cara/rute pemberian yang benar
5        Waktu yang benar

Ø  PASIEN YANG BENAR
sebelum obat diberikan, identitas pasien harus idperiksa (gelang identitas, papan identitisa di tempat tidur) atau ditanyakan. Jika pasien tidak sanggup berespons secara verbal, respons non-verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi lain sesuai ketentuan rumah sakit. Bayi selalu harus diidentifikasi dari gelang identitasnya.

Ø  OBAT YANG BENAR
Obat mempunyai nama dagang dan nama generic. Setiap obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama generiknya, dan jika masih ragu hubungi apotekernya.
Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa tiga kali; pertama, saat membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta; dan ketiga, saat dikembalikan ke rak. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Bila isinya tidak uniform, sekali lagi harus dikembalikan ke farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, harus diperiksa lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

Ø  DOSIS YANG BENAR
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep sebelum dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosisnya, harus diperiksa lagi. Jika setelah menanyakan kepada apoteker atau penulis resepnya, perawat masih tetap ragu, ia tidak boleh melanjutkan pemberian obat itu dan memberitahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resepnya serta alasannya.
Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara singkatan mg dan mcg bila ditulis tangan. Ada obat dalam bentuk tablet lepas-berkala (ada yang berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya khusus); tablet demikian tidak boleh dibelah atau digerus karena cirri lepas-berkalanya gilang. Ada tablet bersalut-enterik untuk melindunginya terhadap asam lambung. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam dosis tinggi untuk waktu lama.
Ø  CARA/RUTE PEMBERIAN YANG BENAR
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda. Factor yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien kecepatan respons yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, dan tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi per oral, parentel, topical, rectal, ataus melalui inhalasi.
      Oral, ini adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.
      Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani. Para berarti di samping, enteron berarti usus, jadi parentel berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna
      Topical,  termasuk di sini adalah krim, salep, losion, liniment, sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi, melindungi, atau menyampaikan obat ke daerah tertentu, pada kulit atau membrane mukosa.
      Rectal, Obat dapar diberi melalui rute rectal berupa enema atau supositoria. Pemberian rectal mungkin dilakukan untuk memperoleh efek local, seperti pada konstipasi atau hemoroid; untuk memberi obat yang mempunyai efek sistemik pada mual bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu berbau atau terasa tidak enak; bila pasien tidak sabar; atau untuk menghindari iritasi dari saluran cerna. Umumnya supositoria lebih unggul dari enema sebagai cara memberi obat karena retensinya lebih mudah.
      Inhalasi, Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan dengan demikian berguna untuk memberi obat secara local pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin) atau sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau dalam keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.
Ø  WAKTU YANG BENAR
Sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yagn tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimun atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Hal ini berlaku untuk banyak antibiotic. Misalnya, tetrasiklin dikhelasi (yaitu terbentuk senyawa yang tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Sebaliknya, ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi berlebihan pada lambung (misalnya, indometasin) atau agar diperoleh kadar darah yang lebih itnggi (misalnya, griseofulvin bila diberi bersama makanan berlemak).
      Setelah obat itu diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai terminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat bergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respons yang diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat yang diinginkan.

Bentuk Obat
Bentuk padat
      Obat kelompok ini dapat diberikan melalui empat rute, yaitu oral,topical, rectal atau vaginal.
Bentuk Oral
      Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
§  Tablet
Bentuk, ukuran, warna dan berat tablet itu bervariasi. Tablet ini dapat mengandung obat murni, atau diencerkan dengan substansi inert agar mencapai berat sesuai, atau mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet pada biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah), atau tablet lepas-berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
§  Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras, atau cairan dalam kapsul lunak.
§  Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorok.
Bentuk topical
Betntuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan si kulit lebih lama. Krim umunya dipakai untuk lesi basah.
Bentuk supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau agar diserap sistemik.
Bentuk pesarri
Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancang khusus untuk vagina.

Bentuk cairan
Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utanam yaitu larutan, suspensi, dan emulsi.
§  Larutan
Larutan adalah preparat terdiri atas satu atau lebih obat yang di larutkan dalam larutan, biasanya air. Jenis utamanya adalah sebagai berikut.
Sirup : Larutan gula “pekat” dalam air yang telah ditambahkan obat, misalnya sirup Tolu.
Eliksir : Larutan manis yang mengandung alcohol dan air, obat dan penyedap, misalnya eliksir fenobarbiton.
Tinktura : Ektrak tumbuhan atau substansi kimia beralkohol, misalnya tinktura belladonna, tinktura yodium.
Obat suntik : Larutan dengan obat yang diberikan melalui suntikan biasa atau secara intravena.
§  Suspensi
Suspensi adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai. Mereka dapat digunakan untuk suntikan (misalnya, suspensi penisilin) atau untuk obat luar (misalnya, losion kalamin).



§  Emulsi
Emulsi adalah preparat terdiri atas butiran-butiran air dalam minyak dengan agens pengemulsi atau lemak atau butiran minyak dalam air (misalnya, emulsi paraffin). Perlu dikocok dulu sebelum dipakai.

Bentuk gas
Bentuk ini berisfat terapeutik atau anestetik.
§ Gas Terapeutik
Oksigen untuk mengatasi hipoksia atau melawan keracunan CO (karbon monoksida). CO2 (karbon dioksida) dipakai bersama oksigen untuk mengatasi dpresi pernapasan, asfiksia dan keracunan CO. pada tindakan bedah, dipakai untuk meningkatkan kecepatan induksi dan pemulihan anestesi.

§ Gas Anestetik
Contohnya dalah halotan.
Bentuk aerosol
Obat bentuk ini ada di bawah tekanan, berupa larutan atau bubuk yang berbentuk larutan disemprotkan berupa “kabut” dalam mulut serta dihirup ke dalam paru, mis. Salbutanol (Bentolin) dengan alat penyemprot khusus.
Cara Penyimpanan Obat
Harus diperhatikan tiga factor utama yaitu suhu, letak, dan kadaluarsa.
Suhu
Suhu adalah satu factor terpenting, karena kebanyakan obat itu bersifat termo-labil (rusak atau diubah oleh panas). Untuk itu penyimpanan obat :
Di tempat sejuk <15 C (misalnya, insulin [tidak boleh beku!])
Dalam lemari es
Suhu antara 2-10 C (misalnya, vaksin tifoid)
Beku (misalnya, vaksin cacar air harus <5 C)
Letak
Obat itu bersifat toksik, karena itu tempat penyimpanan harus terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum. Lemari obat harus terkunci.
Kadaluwarsa
Kurangi kemungkinan kekedaluwarsaan obat dengan cara rotasi stok, artinya obat baru (penggati) diletakkan di belakang. Obat yang kedaluwarsa akan berkurang khasiatnya. Yang perlu diperhatikan adlaah perubahan warna (dari bening jadi keruh) dan tablet menjadi basah.







 
Text Box: 14BAB III
PENUTUP
1.               Kesimpulan
·         Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat di dalam tubuh. Obat adalah setiap substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh pada tingkat sel.
·         tujuan pemberian obat adalah untuk membantu proses penyembuhan alami tubuh.
·         Harus diperhatikan, prinsip lima benar cara pemberian obat :
Ø  Pasien yang benar
Ø  Obat yang benar
Ø  Dosis yang benar
Ø  Cara/rute pemberian yang benar
Ø  Waktu yang benar
·                    Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut.
·         Larutan adalah preparat terdiri atas satu atau lebih obat yang di larutkan dalam larutan, biasanya air.
·         Suspensi adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai.

 
 


2.                 Saran
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan ,proses dan cara pemberian nya didalam tubuh. Memahami ilmu farmakologi adalah penting untuk para ahli kesehatan terutama perawat yang memang kewajibanya meawat. Didalam ilmu ini juga membahas jenis-jenis obat yang tersedia sampai pada cara pemberiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar