Kamis, 18 Agustus 2011

sistem Respirasi


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
      Manusia bernapas secara tidak langsung. Difusi darah pada manusia terjadi di dalam tubuh, yaitu di paru-paru (alveolus). Pada pernapasan tidak langsung, Udara masuk ke dalam tubuh dengan perantara alat-alat pernapasan.
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Peran sistem pernapasan adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah.Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi,adenosin trifosfat (ATP).Karbon dioksida dihasilkan oleh sel-selyang secara metabolis aktif dan membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh. untuk melakukan pertukaran gas,sistemkardiovaskuler dan sistem respirasi harus bekerjasama.Sistem kardiovaskuler bertanggung jawab  untuk perfusi darah melalui paru.
 Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat dalam  udara akan masuk kedalam sistem respirasi. Selanjutnya digunakan metabolisme oleh jaringan dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap air akan dikelurkan.





2. Rumusan Masalah
2.1 Apa yang dimaksud dengan sistem respirasi (pernapasan)?
2.2 Bagaimana anatomi organ-organ dalam sistem respirasi
           (pernapasan) dan fisiologi pernapasan?
2.3 Bagaimana mekanisme pertahanan paru-paru terhadap disfungsi?
2.4 Bagaimana mekanisme respirasi (pernapasan)?


3. Tujuan
3.1  Untuk mengetahui definisi dari sistem respirasi (pernapasan).
3.2  Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi organ-organ dalam sistem
             respirasi (pernapasan).
3.3  Untuk mengetahui mekanisme pertahanan paru-paru terhadap
       disfungsi.
3.4  Untuk mengetahui mekanisme respirasi (pernapasan).
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Respirasi (Pernapasan)
            Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru atau “pernapsan luar”
            Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menarik napas dan  didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas. Udara masuk melalui jalan pernapasan yaitu, hidung, pharing, laring, tracea, broncus, bronciolus, dan pulmo di alveolus.















               Gambar 1: jalannya pernapasan



2.2 Anatomi Organ-organ dalam Sistem Respirasi (Pernapasan)
     dan Fisiologi Pernapasan

2.2.1 Organ-organ dalam Sistem Respirasi tersebut terdiri dari;
1. Hidung (cavitas nasalis)
            Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara paranasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hibug, dan juga menghubungkan lubang-lubang nasolacrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
            Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi oleh epithelium silindris dan sel epithel berambut yang mengandung sel cangkir  atau sel lender. Sekresi sel ini membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di atas septum nasalis dan conca, selaput lender ini paling tebal. Tiga tulang kerang (conca) yang diseliputi epithelium pernapasan, yang menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lender tersebut.
            Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat didalam  vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya, udaran menjadi hangat, dank arena penguapan air dari permukaan selaput lender, udara menjadi lembap.
            Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang disebut  vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi oleh epithelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaceus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rogga hidung. Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.

           
                           Gambar 2: cavitas nasalis

            Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
            Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
            Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.




2. Pharing
            Pharing (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidug (nasopharing, dibelakang mulut (oropharing) dan dibelakang laring (pharingolaring).
            Pharing merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasopharing) pada bagian depan dan saluran pencernaan (oropharing) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Pharing berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasopharing) pada bagian depan dan saluran pencernaan (oropharing) pada bagian belakang.),

             

                                          Gambar 3: Pharing

3. Laring
            Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari columna vertebralis, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra cervicalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
            Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan di sebelah depanya terdapat benjolan subcutaneous (jakun) di sebelah depan leher.
            Laring terdiri atas dua lempeng atau lamia yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah belakang (merupakan satu-satunya tulang rawan yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan corniculata yang sangat kecil.
            Terkait di puncak  tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang berupa katub tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan.
            Laring dilapisi oleh sejenis selaput lender yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel apithelium berlapis.
            Pita suara terletak di sebelah dalam larig, berjalan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laryngeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela antara pita-pita atau rima glottis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara. Suara dihasilkan karena gerakan pita yang disebabkan udara yang melalui glottis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan.
           
              
                                              
                                                     Gambar 4: laring


4. Trakea
            Trakea (batang tengkorak) panjangnya kira-kira 9 cm, berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra thoracalis ke lima dan di tempat ini bercabang menjadi dua broncus (bronci). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jarigan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yamg terdiri atas epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak  menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan in debu dan butir-butir halus lainnya yang ikut masuk bersama dengan udara dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka, karena itu, di sebelah belakangnya (tempat trakea menempel pada esophagus yang memisahkan dari tulang belakang (Os. vertebra)) tidak tersambung.
            Trakea cervialis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea thoracica berjalan melintasi mediastinum di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arcus aorta. Esophagus terletak di belakang trakea.

                         
Gambar 5: tracea

5. broncus
            Kedua broncus yang berbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra thoracalis ke lima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Broncus-broncus itu berjalan ke bawah dank e samping kea rah tampak paru-paru. Broncus dextra lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang sinistra, sedikit lebih kecil dari arteri pulmonalis dan mengaluarkan sebuah cabang yang disebut bronus lobus  superior, cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri disebut   bronus  lobus  inferior.  bronus  lobus  medial keluar dari  bronus  lobus  inferior.
            Broncus sinistra lebih panjang dan langsing dari pada yang dextra, dan berjalan di bawah arteri pulmoalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus superior dan inferior.


                                                Gambar 6: broncus


6. Pulmo (paru-paru)
            Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
            Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.

             

         

Gambar 7: pulmo, pleura, dan alveoli

            Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan din ding
alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus. 

2.2 Fisiologi Pernapasan

            
        
   Gambar 8 : musculus dan organ pernapasan

            Fungsi pulmo adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
            Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
            Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
            Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
1.  Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
     alveoli dengan udara luar.
2.  Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat
    dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
    lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
            Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.
            Sedangkan pada pernapasan jaringan atau pernapasan interna.Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
            Perubahan- perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau penapasan jaringan.
Udara (atmosfer) yang dihirup :
Nitrogen :                   79 %
Oksigen :                   20 %
Karbondioksida :      0-0,4 %
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
Udara yang dihembuskan
Nitrogen :                   79 %
Oksigen :                   16 %
Karbon dioksida :     4-0,4
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan)
a. Daya Muat Udara oleh Paru-paru
Besarnya daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas tidal. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru , pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan.
b. Kecepatan Dan Pengendalian Pernapasan
            Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama. (a) kimiawi, dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medula oblongata. Dan kalau dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan- yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.
            Pengendalian oleh saraf. Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus: dan di bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit.
            Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh
saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.
            Pengendalian secara kimiawi. Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi : kadar alkali darah harus dipertahankan. Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
            Kedua, pengendalian, melalui saraf dan secara kimiawi adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernafas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan (interkostal, dan diafragma), digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
            Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan untuk pekerjaan, akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesaran ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa takut dan sakit misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat. Hal yang kita ketahui semua.
            Impuls aferen dari kulit menghasilkan efek serupa- bila badan dicelup dalam air
dingin atau menerima guyuran air dingin, maka penarikan napas kuat menyusul.
            Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan lama. Oleh sebab gerakannya adalah otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas untuk waktu lama akan gagal karena pertambahan karbondioksida yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.
            Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan
urutannya menjadi : innspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit :
Bayi baru lahir                                  : 30-40
Dua belas bulan                              : 30
Dari dua sampai lima tahun          : 24
Orang dewasa                                  :10-20
            Gerakan pernapasan. Dua saat terjadi sewaktu pernapasan: (a) inspirasi dan (b)
ekspirasi.
            Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke dua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
            Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
            Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.


c. Kebutuhan tubuh akan oksigen
            Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur menurut keperluan. Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan menyebabkan kerusakan pada otak yang tak dapt diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menudungi kepala dan mukanya dengan kantong plastik dan menjadi mati lemas. Tetapi bila penyediaan oksigen hanya berkurang, maka pasien menjadi kacau pikiran (menderita anoxia serebralis) Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di dalam tank atau ruang ketel uap: oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk bernapas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia atau disingkat anoxia. Istilah lain adalah hipoxemia atau hipoxia.
            Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang dan berubah menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru- biruan dan ia disebut menderita sianosis.
            Orang yang berusaha bunuh diri dengan memasukkan kepalanya ke dalam oven gas, bukan saja terkena anoxia tetapi ia juga menghirup karbon monoksida yang bersifat racun dan yang segera bergabung dengan hemoglobin sel darah merah, menyingkirkan isi normal oksigen. Dalam hal ini, bibir tidak kebiru-biruan, melainkan merah ceri ayng khas. Pengobatan yang diperlukan adalah pengisapan dan pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali jumlah oksigen udara atmosfer atau lima atmosfer.


2.3 Mekanisme Pertahanan Paru-Paru Terhadap Disfungsi
          Permukaan paru yang luas hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang rentan terhadap invasi benda asing dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi, tetapi saluran respirasi bagian bawah adalah steril.
Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan sterilitas itu, yaitu penyaringan udara, pembersihan mukosiliaris, refleks batuk, refleks bersin, refleks menelan dan refleks muntah, refleks bronkokonstriksi, makrofag alveolus dan ventilasi kolateral.
Penyaringan udara merupakan mekanisme pertahanan paru yang dilakukan oleh bulu hidung sebagai benteng pertahanan pertama. Bulu hidung menyaring partikel berukuran > 5 um sehingga partikel tersebut tidak dapat mencapai alveolus. Udara yang mengalir melalui nasofaring sangat turbulen sehingga partikel yang lebih kecil (1-5 um) akan terperangakap dalam sekresi nasofaring.
Pembersihan mukosiliaris, dibawah laring,eskalator mukosiliaris akan menjebak partikel – partikel debu yang terinhalasi dan berukuran kecil serta bakteri yang melewati hidung akan terus menerus membawa partikel dan bakteri tersebut ke arah atas sehingga bisa ditelan atau dibatukkan. Gerakkan siliaris dihalangi oleh keadaan dehidrasi, konsentrasi O2 yang tinggi, merokok, infeksi, obat anestesi dan meminum etil alkohol.
Refleks batuk merupakan refleks normal yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari aspirasi, bekerja membersihkan jalan nafas yang kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan.dengan menggunakan tekanan tinggi, udara yang mengalir dengan kecepatan tinggi yang akan membantu kerja dari mukosiliaris bila mekanisme ini bekerja secara berlebihan atau tidak efektif. Namun, di bawah tingkat segmen pohon trakeobrankhial, refleks batuk menjadi tidak efektif, sehingga diperlukan kerja mukosiliaris atau drainase postural. Refleks batuk ini memerlukan peran laring. Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan fungsi fonasi tapi fungsinya sebagai oragan pelindung juga sangat penting.
Mekanisme batuk terdiri dari 3 fase yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk bermula dari masuknya sejumlah udara lalu glotis akan menutup menyebabkan tekanan didalam paru akan meningkat yang pada akhirnya akan terjadi pembukaan glotis secara tiba-tiba dan eskpirasi sejumlah udara dengan kecepatan tertentu.
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka, udara yang diinpirasi bervariasi. Fase kompresi terjadi dimana glotis akan menutup selama 0,2 detik, pada fase ini tekanan paru dan abdomen meningkat sampai 50 – 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk yang membedakannya dengan manuver ekpirasi paksa lain karena menghasilkan tenaga yang berbeda. Di pihak lain batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis. Fase ekpirasi dimulai dengan udara yang keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas sehingga menimbulkan suara batuk.
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat dilaring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor juga terdapat di telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma. Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus Vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Refleks Bersin dipicu oleh iritasi pada dinding nasal cavity akibat partikel yang dianggap toksik, iritan kimia, atau stimulasi mekanik. Glotis tertutup ketika paru-paru penuh oleh udara. Otot perut dan otot internal interkostal berkontraksi mendadak, menciptakan tekanan yang mendorong udara keluar dari saluran pernapasan ketika glotis terbuka. Udara yang keluar dari laring berkecepatan 160 km/jam membawa mukus, partikel asing, dan gas iritan keluar dari saluran pernapasan memalui hidung.
Refleks menelan atau muntah akan mencegah masuknya makanan atau cairan ke saluran pernafasan.
Refleks bronkokonstriksi merupakan respon untuk mencegah iritan terinhalasi dalam jumlah besar, seperti debu atau aerosol, beberapa penderita asma memiliki jalan nafas hipersensitif yang akan berkontraksi setelah menghirup udara dingin, parfum, atau bau menyengat.
Makrofag alveolus merupakan pertahanan utama pada tingkat alveolus (tidak terdapat epitel siliaris); bakteri dan partikel – partikel debu difagosit, kerja makrofag dihambat oleh merokok, infeksi virus, kortikosteroid dan beberapa penyakit kronik. Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan sifat dapat bermigrasi dan aktivitas enzimatik yang unik. Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan bakteri atau benda asing. Sesudah partikel mikroba tertelan, metabolit – metabolit O2 akan aktif kembali, seperti hidrogen peroksida di dalam makrofag, akan membunuh dan mencerna mikroorganisme tersebut tanpa menyebabkan reaksi peradangan yang jelas. Partikel debu atau mikroorganisme ini kemudian diangkut oleh makrofag ke pembuluh limfe atau ke bronkiolus tempat mereka akan dibuang oleh eskalator mukosiliaris. Makrofag alveolar dapat membersihkan paru dari bakteri yang masuk sewaktu inspirasi dengan kecepatan yang menakjubkan. Menelan etil alkohol, merokok dan pemakaian obat – obat kortikosteroid akan mengganggu mekaniame pertahanan ini.
Ventilasi kontralateral melalui pori – pori Khon yang dibantu oleh nafas dalam akan mencegah atelektasis. Pori – pori Khon akan memungkinkan hubungan atau aliran udara antar sakus alveolaris terminalis. Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (surfaktan) yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolap waktu ekspirasi. Surfaktan disintesis secara cepat , sehingga bila aliran darah ke paru terganggu, jumlah surfaktan akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi aktif, volum tidal yang memadai, hiperventilasi periodic (cepat dan dalam) yang dicegah oleh konsentrasi O2 pada udara yang diinspirasi. Pemberian O2 yang tinggi akan menurunkan produksi surfaktan dan menyebabkan kolaps alveolar.





2.4  Mekanisme Respirasi

                      Gambar 9: mekanisme pernapasan
Fungsi Respirasi Dan Ekspirasi Dari Paru
1.       Respirasi : pertukaran gas O² dan CO²
2.       Keseimbangan asam basa
3.       Keseimbangan cairan
4.       Keseimbangan suhu  tubuh
5.       Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase
          inspirasi
6.       Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin,
         ECF dan angiotensin
7.      Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh
         bakteri

          Pernapasan merupakan suatu proses yang terjadi secara otomatis. Pada saat kita bernapas, ada 2 proses yang terjadi yaitu inspirasi dan ekspirasi.
A. Pernapasan Dada
            Pernapasan dada terjadi karena aktivitas otot antar tulang rusuk. Tulang-tulang rusuk akan terangkat dan volume rongga dada akan membesar bila otot antar tulang rusuk berkerut. Hal ini disebut inspirasi. Bila otot-otot antar tulang mengendor (relaksasi), maka tulang-tulang rusuk akan tertekan. Hal ini disebut ekspirasi.
B. Pernapasan perut
            Pernapasan perut terjadi saat otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Saat otot diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di paru-paru mengecil, akibatnya udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan. Dengan demikian terjadilah respirasi. Sebaliknya bila otot diafragma relaksasi, maka kedudukan diafragma akan melengkung keatas, sehinggaa rongga dada mengecil dan tekanan paru-paru membesar. Akibatnya, udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida terdorong keluar. Kegiatan tersebut disebut ekspirasi.
                                                                                                                  
Gabar 10: Pernapasan dada dan perut

C.Volume Udara Pernapasan
Volume paru-paru adalah kemampuan paru-paru menampung udara sebanyak 5 liter. Udara yang ditampung paru-paru ini disebut kapasitas total udara pernapasan manusia. Dalam keadaan normal , udara yang masuk dan keluar paru-paru kira-kira setengah liter.Volume udara setengah liter ini disebut volume tidal. Udara yang tidak dapat dihembuskan ulang disebut volume residu. Udara yang keluar masuk, maksimum 4 liter dan volume udara ini disebut kapasitas vital paru-paru .
D. Pertukaran Oksigen dan Karbon Dioksida
udara masuk ke dalam paru-paru dari alveolus (gelembung paru-paru), oksigen masuk ke kapiler-kepiler darah secara difusi. Zat warna merah (HB) yang terdapat dalam darah merah akan mengikat oksigen. Zat warna merah atau hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin. Darah yang mengandung banyak oksigen disebut darah bersih. Oksigen dilepaskan di sel-sel tubuh digunakan untuk oksidasi. proses oksidasi tersebut merupakan proses oksidasi. Proses respirasi sel menghasilkan produk yaitu energi dan zat sisa berupa karbon dioksida. Karbon dioksida sisa proses respirasi yang larut dalam darahakan diangkat dalam darah dan selanjutnya dibawa ke paru-paru.
Gambar 11: Proses pertukaran oksigen dari alveolus ke dalam darah. Dan  setelah berada di darah, oksigen dibawa ke sel-sel tubuh yang membutuhkan Proses pertukaran karbondioksida dari sel-sel jaringan ke dalam darah. Setelah berada di dalam darah, karbondioksida di bawa ke alveolus untuk dikeluarkan.




           


           





BAB III
PENUTUP

3. Kesimpulan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Peran sistem pernapasan adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah.Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi,adenosin trifosfat (ATP).Karbon dioksida dihasilkan oleh sel-selyang secara metabolis aktif dan membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh. untuk melakukan pertukaran gas,sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi harus bekerjasama.Sistem kardiovaskuler bertanggung jawab  untuk perfusi darah melalui paru.
 Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat dalam  udara akan masuk kedalam sistem respirasi. Selanjutnya digunakan metabolisme oleh jaringan dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap air akan dikelurkan.










DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi SMA Untuk Kelas XI jilid  2. Jakarta: Esis
C. Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
http://patofisiologi-patofisiologi.blogspot.com/2011/01/sistem-pernapasan.html
http://mesotheliomaz.info/pleural-pleura.html
http://www.exact2sman3.co.cc/2011/02/sistem-respirasi-manusia-istilah.html
http://artikel-makalahpend.blogspot.com/2010/04/sistem-respirasi-pada-manusia.html
http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernapasan/
http://www.scribd.com/doc/7631580/Sistem-Pernafasan









KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.,karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dr. H. Alfarobi, teman–teman dan semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur Ilmu Dasar Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Kelas Internasionaldan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami “ anatomi dan fisiologi sistem respirasi (pernapasan).”
            Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksigenasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan memungkinan setiap sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk carbon dioksida dan air  dihilangkan.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Kepada Allah SWT.,kami mohon rahmat dan hidayah-Nya. Semoga usaha yang dilakukan ini dalam keridaan-Nya selalu.

                                                                            Palembang,   Maret 2011
                                                                                       Penyusun,
                                                                                                     
                                                                                      Kelompok  VI


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................  i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang.................................................................................... 1
2.    Rumusan Masalah.............................................................................. 2
3.    Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sistem Respirasi (Pernapasan) ........................................... 3
2.2 Anatomi Organ-organ dalam Sistem Respirasi dan Fisiologi   Pernapasan ....................................................................................... 4
2.3 Mekanisme Pertahanan Paru-Paru Terhadap Disfungsi ..................20
2.4 Mekanisme Respirasi (Pernapasan) .................................................24

BAB III PENUTUP
3. Kesimpulan.........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA










ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM RESPIRASI (PERNAPASAN)

 








Oleh :
                        Kelompok                  : VI (Enam)
                        Nama Anggota         :
1.    Bambang Harianto
2.    Listuti
3.    Velisa Fransiska
4.    Yansen Nastain
                                                                         
                        Kelas                         : PSIK Reg. A6 Kelas I1
                        Dosen Pembimbing : dr. H. Alfarobi
                        Mata kuliah               : Ilmu Dasar Keperawatan





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2011
 

1 komentar: